Pernah nggak sih kamu merasa hidup lagi di titik terendah? Putus, gagal, kehilangan arah, atau merasa semua yang sudah direncanakan hancur begitu saja?
Banyak orang memilih berdiam diri, tapi ada juga yang berani mengambil jalan berbeda. Seperti yang dilakukan oleh Mohammad Farizzal Bin Rostam, seorang pemuda asal Selangor, Malaysia. Dari rasa patah hati yang dalam, ia justru menemukan panggilan hidupnya: menjadi relawan kemanusiaan.
Farizzal awalnya adalah seorang pekerja swasta di bidang Electrical & Mechanical. Hidupnya terlihat stabil, sampai satu peristiwa besar mengubah segalanya: gagal menikah. Uang yang tadinya disiapkan untuk pernikahan, justru ia habiskan untuk hal yang sama sekali tak pernah ia bayangkan sebelumnya — misi kemanusiaan di Palu, Sulawesi Tengah, pasca tsunami.
“Waktu itu saya mencari cara untuk menyembuhkan hati. Ketika lihat berita tentang Palu, saya merasa terpanggil. Niatnya sederhana: mencari kembali kebahagiaan yang hilang dengan membantu orang lain,” ungkapnya.
Di Palu, untuk pertama kalinya Farizzal bertemu dengan para relawan Rumah Zakat. Dari situlah ia jatuh cinta dengan dunia kerelawanan. Bukan hanya karena bisa berbagi, tapi karena ia merasakan atmosfer penuh energi, ilmu, dan persaudaraan.
Bayangkan, dari seorang yang sedang patah hati, Farizzal justru pulang dengan hati yang jauh lebih kuat dan penuh makna. Kota Palu yang saat itu sedang berduka, pelan-pelan bangkit. Dan Farizzal pun ikut bangkit bersamanya.
“Di Palu saya menemukan Cinta, Kebahagiaan, dan Kekuatan. Saat berangkat, saya masih terluka. Saat pulang, saya tersenyum. Karena ternyata, dengan memberi, saya justru menerima jauh lebih banyak.”
Buat Farizzal, jadi relawan bukan sekadar membantu. Ini adalah perjalanan spiritual. Ia belajar bahwa di balik setiap kesedihan, ada orang-orang yang bisa jadi sumber kekuatan. Bahkan, sering kali para penyintas bencana justru yang memberi pelajaran berharga tentang ketabahan dan rasa syukur.
Hari ini, Farizzal terus aktif di berbagai misi kemanusiaan. Ia sadar, mungkin tanpa disadari, banyak orang melihatnya sebagai sosok inspiratif. Tapi baginya, ini bukan soal menjadi pahlawan. Ini tentang menjadi cahaya kecil bagi orang lain, sekecil apa pun itu.
Dan ia punya pesan untuk kita semua:
“Kalau kamu masih ragu untuk jadi relawan atau terlibat dalam kegiatan sosial, mulailah dari yang kecil. Bagikan makanan ke tetangga, bantu orang tua, atau dukung program sosial yang ada. Percayalah, apa pun yang kamu beri akan kembali ke dirimu dalam bentuk yang lebih indah.”
Jadi, kalau suatu hari hidupmu terasa berat, mungkin jawabannya bukan hanya mencari pelarian. Tapi justru dengan menjadi bagian dari solusi. Siapa tahu, di balik setiap aksi kebaikan, kamu menemukan kembali alasan untuk tersenyum.